Trapped in the Solana Maze: Outages, TPS Myths, and Validator Control

Pemadaman, TPS Menyesatkan, dan Lainnya


Solana dikenal dengan janjinya akan teknologi blockchain berkecepatan tinggi. Namun, di balik klaim keunggulannya terdapat permasalahan serius yang melemahkan keandalan dan desentralisasinya. Pada dasarnya, ada tiga masalah utama dalam ekosistem Solana saat ini: seringnya pemadaman jaringan, metrik TPS yang menyesatkan, dan sentralisasi validator.

Pemadaman yang Sering Terjadi

Sejak diluncurkan pada tahun 2020, Solana telah mengalami 12 kali pemadaman jaringan besar, yang mengganggu dApps, pedagang, dan platform. Pemadaman ini sering kali diakibatkan oleh kemacetan jaringan, kesalahan validator, atau malicious program, beberapa di antaranya berlangsung hingga 17 jam. Contoh penting yang terjadi pada bulan September 2021, menyebabkan kekacauan bagi pengguna yang tidak dapat mengakses dana mereka atau menyelesaikan perdagangan selama waktu henti.

Selain itu, pada bulan Januari 2022, serangan DoS membuat jaringan kewalahan, sehingga semakin menyoroti kerapuhannya. Untuk blockchain dengan overall nilai terkunci (TVL) lebih dari $10 miliar pada saat itu, gangguan ini telah menyebabkan kerugian finansial yang signifikan dan mengurangi kepercayaan terhadap keandalan jaringan.

Mitos TPS

Pemasaran Solana mencapai hingga 65.000 TPS, angka yang jauh melampaui pesaing seperti Ethereum. Namun angka ini menyesatkan. Kenyataannya, Solana menyertakan pemungutan suara validator dan transaksi yang gagal dalam penghitungan TPSnya, sehingga meningkatkan angkanya secara artifisial. Realisasi TPS transaksi pengguna mendekati 250 TPS, jauh lebih rendah dibandingkan angka yang dipasarkan.

Sebagai perbandingan, Ethereum memproses 30 TPS untuk transaksi yang berhasil, tetapi TPS yang dilaporkan Solana mencakup aktivitas yang tidak menguntungkan pengguna secara langsung. Metrik yang menyesatkan ini memberikan gambaran yang salah tentang kinerja Solana, membuatnya tampak jauh lebih mampu daripada yang sebenarnya.

Sentralisasi Validator

Tidak seperti blockchain lain yang bertujuan untuk desentralisasi, jaringan validator Solana sangat tersentralisasi. 18 validator teratas mengendalikan 33% pasokan yang dipertaruhkan, memberikan pengaruh signifikan pada kelompok kecil terhadap jaringan. Tingkat kontrol ini memungkinkan validator berpotensi menyensor transaksi atau memblokir konsensus.

Menjadi validator di Solana membutuhkan biaya yang besar, dengan biaya rata-rata melebihi $500.000 in keeping with tahun untuk perangkat keras dan operasional. Selain itu, validator perlu mempertaruhkan setidaknya $20 juta di SOL untuk mendapatkan pengaruh yang berarti. Hal ini menciptakan hambatan yang tinggi untuk masuk, sehingga membatasi partisipasi hanya pada individu atau institusi terkaya.

Selain itu, Jupiter, DEX terkemuka di Solana, mengoperasikan salah satu dari 18 validator teratas. Hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan, karena Jupiter dapat memperoleh keuntungan dari pembuatan dan validasi transaksi yang gagal, serta memperoleh biaya bahkan dari kegagalan pengguna. Type keuntungan yang terpusat dan berbasis validator ini menimbulkan kekhawatiran serius tentang integritas jaringan.

Janji Solana akan kecepatan tinggi dan biaya rendah dibayangi oleh seringnya pemadaman, metrik TPS yang meningkat, dan sentralisasi validator. Dengan 12 kali pemadaman besar-besaran, tingkat kegagalan transaksi mencapai 75,72% di Jupiter, dan struktur validator yang berpihak pada orang kaya, Solana menghadapi tantangan yang signifikan. Meskipun jaringan ini mungkin tampak menarik di permukaan, permasalahan mendasar ini memperjelas bahwa masa depan Solana masih jauh dari pasti.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *